Desa Lingga : Merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata yang berada di kecamatan Simpang Empat, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Berada di ketinggian sekitar 1200m dari permukaan laut, berjarak sekitar 13km dari kota Berastagi, dan sekitar 3km dari kota Kabanjahe ibu kota kabupaten Karo.
Desa Lingga merupakan wilayah perkampungan Karo yang memiliki banyak keunikan, memiliki beberapa rumah adat yang diperkirakan berumur 160 tahun lebih, bahkan beberapa artikel yang saya baca, mengulas mengenai umur rumah adat di desa Lingga yang berkisaran sekitar 250 tahun, saya tidak tahu mereka mendapatkan data dari mana. Namun Membaca dari papan Informasi yang berdiri disamping Rumah adat Belang Ayo, tertulis tahun pendirian sekitar 1862, jadi jika dikurangi dengan tahun sekarang 2018 berarti berumur 156 tahun.
Papan Informasi Rumah Adat - Rumah Belang Ayo : Berdiri 1862 |
Menurut saya kemungkinan sebelumnya juga sudah pernah ada pendirian rumah adat selain ini, oleh karenanya saya memperkirakan bahwa di Desa Lingga ini ada rumah adat yang dirikan sekitar 160 tahun yang silam. Namun ini hanya perkiraan menurut pemikiran saya saja, dan bukanlah merupakan data yang valid. Dan sebagai pedoman, saya lebih mempercayai data yang diberikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo, karena tentunya data yang mereka miliki adalah data valid yang di peroleh dari sumber-sumber informasi yang bisa dipertanggung jawabkan.
Terlepas dari berapa umur Desa lingga beserta rumah adatnya, saya sangat terkesan dengan bangunan rumah adat Belang ayo ini yang memiliki banyak keunikan.
Pintu Masuk Rumah Adat; Bagian dalam sedikit gelap, penerangan utamanya adalah sinar matahari dari lubang dibagian atas |
Rumah adat yang berupa rumah panggung setinggi kira-kira dua meter dari tanah, di topang oleh sekitar 16 buah kayu berukuran besar. Bagian bawah rumah atau kolong digunakan untuk menyimpan kayu bakar dan sebagai kandang ternak. Rumah adat ini memiliki 2 buah pintu, satu pintu di bagian barat dan satu pintu lagi di bagian timur. Dinding rumah terbuat dari kayu yang memiliki ukiran khas Karo yang tentunya memiliki arti dan makna tersendiri. Didepan masing-masing pintu itu terdapat serambi atau teras yang terbuat dari bambu bulat atau glondongan yang di sebut dengan Ture. Nah teras atau Ture ini biasanya digunakan untuk menganyam, bertenun dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Dimalam harinya Ture ini dimanfaatkan untuk duduk bareng, berkenalan antara muda mudi yang memadu kasih. Bagian atap terbuat dari ijuk yang tebal, Pada kedua ujung atap terdapat anyaman bambu berbentuk segi tiga yang disebut Ayo-ayo. Pada Ujung Ayo-ayo terdapat tanduk kepala kerbau dengan posisi menghadap ke bawah. Tanduk kepala kerbau ini berfungsi atau di percaya sebagai penolak bala.
Berfoto dengan Pak Tersek Ginting ( guide desa Lingga ) & teman2 dari Komunitas Jalan-Jalan Indonesia Regional Sumut; Foto by : Anjas |
Dibangun tanpa menggunakan Paku Besi.
Rumah Adat Belang Ayo di Desa Lingga, dibangun dengan bahan kayu sebagai bahan utama bangunan. Pembangunan rumah adat ini tidak menggunakan Paku besi sebagai perekat antara kayu yang satu dengan yang lain. Namun Menggunakan pasak-pasak kayu yang sangat kuat. Perlu di maklumi, bahwa kemungkinan pada masa itu paku besi adalah barang yang sangat langka, atau bahkan tidak ada sama sekali di daerah itu. Sehingga penggunaan Pasak-pasak kayu sebagai pengganti Paku besi adalah cara yang terbaik.
Rumah Adat Belang Ayo di Desa Lingga, dibangun dengan bahan kayu sebagai bahan utama bangunan. Pembangunan rumah adat ini tidak menggunakan Paku besi sebagai perekat antara kayu yang satu dengan yang lain. Namun Menggunakan pasak-pasak kayu yang sangat kuat. Perlu di maklumi, bahwa kemungkinan pada masa itu paku besi adalah barang yang sangat langka, atau bahkan tidak ada sama sekali di daerah itu. Sehingga penggunaan Pasak-pasak kayu sebagai pengganti Paku besi adalah cara yang terbaik.
Rumah Adat Belang Ayo tidak memiliki Sekat.
Berbeda dengan beberapa rumah adat lain yang memilki sekat-sekat dinding pembatas antara ruangan yang satu dengan yang lainnya, Rumah adat Belang Ayo di desa Lingga ini tidaklah memiliki sekat-sekat pembatas. Ketika saya masuk keruangan dalam rumah adat Belang ayo ini, saya perhatikan tidak ada satupun kamar didalamnya, saya hanya memperhatikan disetiap sisi ada seperti pembagian wilayah, yang dibatasi oleh tiang-tiang kayu dan dinding alakadarnya.
Berbeda dengan beberapa rumah adat lain yang memilki sekat-sekat dinding pembatas antara ruangan yang satu dengan yang lainnya, Rumah adat Belang Ayo di desa Lingga ini tidaklah memiliki sekat-sekat pembatas. Ketika saya masuk keruangan dalam rumah adat Belang ayo ini, saya perhatikan tidak ada satupun kamar didalamnya, saya hanya memperhatikan disetiap sisi ada seperti pembagian wilayah, yang dibatasi oleh tiang-tiang kayu dan dinding alakadarnya.
Dalam Satu Rumah adat Belang ayo, dihuni 6-8 keluarga.
Bapak Tersek Ginting sebagai pemandu wisata resmi Desa Budaya Lingga, menginformasikan kepada kami bahwa didalam satu rumah adat dihuni oleh 6-8 keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan. selain alasan untuk menjaga kerukunan dan keeratan persaudaraan, juga karena dimasa itu bahan-bahan dan perlengkapan untuk membuat satu bangunan rumah masih dirasa sulit.
Bapak Tersek Ginting sebagai pemandu wisata resmi Desa Budaya Lingga, menginformasikan kepada kami bahwa didalam satu rumah adat dihuni oleh 6-8 keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan. selain alasan untuk menjaga kerukunan dan keeratan persaudaraan, juga karena dimasa itu bahan-bahan dan perlengkapan untuk membuat satu bangunan rumah masih dirasa sulit.
Karena saya perhatikan diruangan ini tidak ada sekat pembatas dan dihuni oleh 6-8 atau bahkan sampai 10 keluarga, sempat terbersitlah pikiran-pikiran didalam kepala saya yang membayangkan bagaimana kehidupan mereka ketika semua anggota keluarga berkumpul menjadi satu dimalam hari misalnya, bagaimana jika satu keluarga terdiri dari 4 atau 5 atau 6 orang atau bahkan lebih. Apakah tidak penuh sesak ?. Terus bagaimanakah dengan kondisi yang terjadi jika ada hubungan yang menjurus kepada hubungan suami istri ?, Dengan sedikit rasa enggan dan ragu saya tanyakan hal ini kepada Pak Tersek Ginting. Dan ternyata Pak Tersek Ginting menjawab sambil tersenyum, dia mengatakan jika pertanyaan seperti ini, selalu menjadi pertanyaan para wisatawan yang datang. Sambil tersenyum dan sedikit bergurau di mengatakan bahwa; ketika ada yang ingin berhubungan suami istri, mereka menunggu yang lainnya tertidur, dan mereka akan menggulung badan mereka dengan tikar agar tidak terlihat. " ya..kalo ada yang bangun terus melihat mereka paling ya tidur lagi hehehe.."
Di dalam rumah adat terdapat beberapa tungku memasak.
Jika biasanya tungku memasak letaknya di wilayah dapur, namun tidak demikian yang ada disini. ada terdapat sekitar 4 tungku untuk memasak di dalam rumah adat, yang letaknya di depan masing-masing pembagian wilayah keluarga. diatas tungku-tungku itu terdapat para-para atau rak tempat menyimpan kayu bakar dan barang-barang lain.
Jika biasanya tungku memasak letaknya di wilayah dapur, namun tidak demikian yang ada disini. ada terdapat sekitar 4 tungku untuk memasak di dalam rumah adat, yang letaknya di depan masing-masing pembagian wilayah keluarga. diatas tungku-tungku itu terdapat para-para atau rak tempat menyimpan kayu bakar dan barang-barang lain.
Masing-masing tungku terdiri dari 5 buah batu. Kelima batu tersebut bermakna atau menandakan adanya lima marga dalam suku Karo yang mendiami Desa Lingga, yakni ; Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan dan Peranginangin. Setiap satu tungku dipergunakan untuk memasak makanan secara bergantian oleh dua keluarga.
Tungku Masak, terdiri dari 5 batu, yang bermakna 5 marga dalam suku Karo. |
Secara pribadi, saya sangat merasa senang berkesempatan untuk bisa masuk secara langsung kedalam rumah adat yang sudah berumur sangat tua ini. jika selama ini saya hanya tau mengenai desa budaya lingga beserta rumah adatnya hanya dari artikel-artikel di internet, sekarang bisa melihat dengan mata kepala sendiri secara langsung.
Diatas saya sudah membahas mengenai rumah adat karo dengan berbagai keunikannya. Dan sekarang saya akan meng-explore Desa Lingga sedikit lebih banyak.
Selain rumah adat, Desa Lingga juga memiliki bangunan-bangunan lain yang perlu kamu ketahui, antara lain ; Jambur, Kantur-kantur, Sapo Ganjang atau sapo Page (Padi), Griten, Lesung dan Museum Lingga.
Jambur
Secara bentuk, Jambur ini merupakan bangunan yang mirip dengan rumah adat namun tidak berpanggung dan tidak memiliki dinding. Bentu bangunan yang cukup besar dan luas ini biasanya digunakan untuk tempat bermusyawarah,tempat mengadili orang yang melanggar perintah raja dan adat yang berlaku. Juga sering digunakan sebagai tempat tidur bagi para pemuda-pemuda.
Secara bentuk, Jambur ini merupakan bangunan yang mirip dengan rumah adat namun tidak berpanggung dan tidak memiliki dinding. Bentu bangunan yang cukup besar dan luas ini biasanya digunakan untuk tempat bermusyawarah,tempat mengadili orang yang melanggar perintah raja dan adat yang berlaku. Juga sering digunakan sebagai tempat tidur bagi para pemuda-pemuda.
Kantur-kantur.
Kantur-kantur bisa juga di bilang kantornya raja, tempat untuk bertemu antara raja dengan para pemuka-pemuka desa, untuk memecahkan berbagai persoalan. letaknya berada di sebelah timur rumah raja.
Kantur-kantur bisa juga di bilang kantornya raja, tempat untuk bertemu antara raja dengan para pemuka-pemuka desa, untuk memecahkan berbagai persoalan. letaknya berada di sebelah timur rumah raja.
Sapo Ganjang atau Sapo Page (padi).
Sapo Ganjang bentuknya hampir sama dengan kantur-kantur, namun sedikit lebih kecil. Bentuknya seperti rumah adat dan terletak di halaman depan rumah adat. Selain dipergunakan untuk duduk-duduk, beristirahat dan ruang tamu, Sapo Ganjang juga dipergunakan sebagai tempat menyimpan padi atau Lumbung.
Sapo Ganjang bentuknya hampir sama dengan kantur-kantur, namun sedikit lebih kecil. Bentuknya seperti rumah adat dan terletak di halaman depan rumah adat. Selain dipergunakan untuk duduk-duduk, beristirahat dan ruang tamu, Sapo Ganjang juga dipergunakan sebagai tempat menyimpan padi atau Lumbung.
Griten
Griten adalah bangunan yang mirip dengan rumah adat tapi lebih kecil dan memiliki 4 sisi. Griten berdiri diatas tiang dan memiliki 2 lantai. Bagian lantai bawah tidak memiliki dinding, dan bagian lantai atas yang berdinding. Bagian atas digunakan untuk menyimpan kerangka atau tulang-tulang sanak keluarga. dan bagian bawah digunakan untuk tempat duduk-duduk.
Griten adalah bangunan yang mirip dengan rumah adat tapi lebih kecil dan memiliki 4 sisi. Griten berdiri diatas tiang dan memiliki 2 lantai. Bagian lantai bawah tidak memiliki dinding, dan bagian lantai atas yang berdinding. Bagian atas digunakan untuk menyimpan kerangka atau tulang-tulang sanak keluarga. dan bagian bawah digunakan untuk tempat duduk-duduk.
Lesung.
Dengar nama Lesung, saya langsung terpikir tempat untuk menumbuk padi seperti yang ada didesa-desa dipulau jawa. Ternyata nama Lesung disini juga memiliki bentuk dan arti yang sama. menurut orang tua-tua, dahulu para petani menumbuk padi dengan lesung sebelum akhirnya di gantikan dengan mesin penggiling padi separti sekarang.
Dengar nama Lesung, saya langsung terpikir tempat untuk menumbuk padi seperti yang ada didesa-desa dipulau jawa. Ternyata nama Lesung disini juga memiliki bentuk dan arti yang sama. menurut orang tua-tua, dahulu para petani menumbuk padi dengan lesung sebelum akhirnya di gantikan dengan mesin penggiling padi separti sekarang.
Museum Lingga
Museum lingga ini disebut dengan Museum Karo Lingga. Didalam musin ini banyak tersimpang benda-benda tradisional peninggalan masa-masa dulu, seperti Capah atau piring besar yang terbuat dari kayu untuk makan sekeluarga. Ada juga tungkat/tongkat dan berbagai alat musik tradisional.
Museum lingga ini disebut dengan Museum Karo Lingga. Didalam musin ini banyak tersimpang benda-benda tradisional peninggalan masa-masa dulu, seperti Capah atau piring besar yang terbuat dari kayu untuk makan sekeluarga. Ada juga tungkat/tongkat dan berbagai alat musik tradisional.
Sayangnya saat saya berkunjung ke Desa Lingga ini pas hari libur, jadi museum dalam keadaan tutup. Namun saya sempat mengambil beberapa gambar sebagai dokumentasi perjalanan saya.
Lokasi Desa Budaya Lingga :
Desa Lingga berada di kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Berjarak sekitar 13km dari Kota Berastagi dan sekitar 3km dari Kota Kabanjahe.
Cara menuju Desa Budaya Lingga ;
Desa Lingga berada di kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Berjarak sekitar 13km dari Kota Berastagi dan sekitar 3km dari Kota Kabanjahe.
Jika dari kota Medan ;
- Kamu berangkat menuju kota Berastagi. Jika sudah sampai Taman Bundaran ( tugu perjuangan ) kamu terus saja hingga kamu ketemu simpang Tugu Kol (Tugu yang atasnya ada buah kol) jadikan Tugu Kol ini sebagai pedoman.
- Dari Tugu Kol ini, kamu belok kekanan masuk ke jalan Udara atau jalan Simpang Empat, ikuti terus jalan ini, sekitar 7.5km kamu akan ketemu perempatan jalan ( simpang empat besar).
- Dari Simpang empat ini, kamu belok kekiri jangan kekanan, kalau kekanan itu jalan menuju Danau Lau Kawar. Jadi ambil yang kekiri atau Jalan Kiras Bangun. Terus saja sekitar 3.5km kamu akan ketemu jalan masuk ke kanan yaitu jalan masuk ke Desa Lingga. Di dapan seberang jalan masuk ini ada bangunan seperi koperasi pertanian atau apalah (saya lupa).
- Jika terlewat jalan masuk pertama nggak masalah, sekitar 500 meter kedepannya ada jalan lagi, kamu akan ketemu simpang empat, nah dari sana kamu belok kanan menuju Desa Lingga, sekitar 1.5km kedalam kamu akan sampai di Rumah Adat Desa Lingga.
- Kamu bisa memanfaatkan GPS = Gunakan Warga Setempat untuk menunjukan posisi Rumah Adatnya.
Jika dari Kabanjahe ;
- Kamu ambil posisi di Bundaran Kantor Pos Kota Kabanjahe, bundaran itu adalah pertemuan antara Jalan Veteran, Jalan Kota Cane, jalan Kapten Pala bangun dan jalan Nang Belawan atau jalan Kiras Bangun.
- Dari bundaran itu ambil jalan Kiras bangun dan ikuti jalan itu. Kamu akan ketemu jalan berkelok sedikit ( mendaki & menurun ), sekitar 3 kilo meter dari bundaran tadi kamu akan ketemu perempatan jalan ( namun perempatannya tidak simetris), berbeloklah kekiri menuju Desa Lingga. ada papan penunjuk jalan menuju desa Lingga. dan sekitar 1.5km ke dalam kamu akan sampai ke rumah adat Desa Lingga.
Artikel di tulias oleh : Kenzie Yudhistira - Instagram : @Kenzie_yds
Sumber data ;
- Kunjungan Langsung penulis ke Desa Lingga
- Informasi dari Guide Desa Budaya Lingga, Bpk. Tersek Ginting.
- Wikipedia, informasi mengenai Desa Lingga.
- Website Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Karo.
- Ulasan artikel blog para wisatawan.
Ucapan terima kasih kepada ; Teman-teman dari Komunitas Jalan-jalan Indonesia Regional Sumut ( jalan2.com) yang sudah menemani perjalanan menuju Desa Lingga, mereka adalah ; Vean tristan, Anjas, Aryo & Endri.
Baca juga artikel berikut :
- Desa Budaya Peceren (Sempa Jaya) Berumur 120 Tahun Lebih
- SAPO JUMA TONGGING - Taman Bunga Kekinian, Spot Paling di Buru Para Selebgram
- Jeruk Manis " RIBU " Hanya 10ribu Petik Sendiri di Berastagi
Hello! I've been following your website for some time now and finally got the courage to go ahead and give you a shout
BalasHapusout from New Caney Texas! Just wanted to say keep up the great work!
Feel free to surf to my web site ... luang
Thank you for sharing excellent informations. Your web-site is very cool. I’m impressed by the details that you¡¦ve on this web site. It reveals how nicely you understand this subject. Bookmarked this web page, will come back for extra articles. You, my friend, ROCK! I found simply the information I already searched all over the place and simply couldn’t come across. What a perfect web-site.
BalasHapusPialaQQ
MemberQQ
MemberQQ
HebatQQ
HartaPoker